Sabtu, 03 Januari 2009

HARUSKAH KU MENERIMA 2

. Sabtu, 03 Januari 2009
1 komentar

BAGIAN 2

“Kamu kapan Ti?”
Deg! Ampun, pertanyaan ini lagi………
“Ibu itu udah khawatir Ti ma kamu, Temenmu udah pada nikah kok kamu belum”
“Iya bu, doain saja” Jawabku pendek.
Yang benar saja aku harus nikah secepat temen-temenku, aku kan masih kuliah. Lah temen-temenku? Mereka pantes aja nikah, mau apalagi. Sekolah SMA pun mereka ga tamat.
Lagian kalo sudah waktunya juga, gak dicari datang sendiri, ibu ini kok gupuh aja c..
“Ibu kok gurunggusuh atuh…?(Ibu ku terburu-buru sich: editor) Neti kan masih kuliah, bu. Entar juga kalo udah waktunya mah bakalan nikah sendiri”
“Eh…..dimana-mana juga orang tua yang punya anak perempuan seumuran kamu pasti punya perasaan kaya ibu”
“Perasan apa, bu?”
“Ya perasann cemas, panas liat temen-temen sebayanya udah pada nikah,kalo nikah kan ibu juga tenang,soalnya udah ada yang jagain”
“Terus maunya ibu gimana?
“Ya cobalah nyari calon gitu, ibu kan ga minta kamu nikah hari ini juga. Nyari yang pasti gitu. Nikahnya kan bisa nanti kalo udah lulus, kalo udah ada calon yang nunggu gitu ibu kan jadi tenang”
“Tapi bu,semuanya juga ga ada yang pasti”
“Ya paling tidak pasti dimata ibu aja Ti…”
Duh, selalu begitu.berakhir dengan perasan yang bikin hati ga enak. Tuhan…aku harus gimana? aku belum pengen….
Kupercepat bersih-bersihku, aku ingin bergegas kekampus. Bertemu dengan orang-orang sepemikiran denganku dimana jodoh bukan hal yang harus diprioritaskan.
Nanti saja!

Bersambung ...

Klik disini untuk melanjutkan »»

HARUSKAH KU MENERIMA 1

.
0 komentar

BAGIAN 1


Ngeri juga ketika ku harus menikah dengan orang yang belum kucintai,ku ga pernah membayangkan sebelumnya bagaimana kuharus memulai sapaan dengan orang yang sama sekali belum ada dihatiku.bagaimana ku kagetnya bangun tidur ketika kudapati sesosok lelaki asing,menyiapkan sarapan untuknya,menemani hari-harinya menyiapkan diri untuk melayaninya hingga kuharus berkorban nyawa demi melahirkan anaknya.bener benar tak pernah membayangkan sebelumnya.hiyyyy ogah ah!
Aku ingin memilih sendiri suamiku.
Pagi itu seperti biasa hanya ada aku dan kesibukan,kesibukan lumrahnya anak gadis paling tua di rumah,adekku yang baru berumur 9 tahun masih belum bisa diandalkan untuk mengerjakan tugas rumah.hanya sebatas bisa menyiram bunga di depan rumah yang mulai mengering karena pergantian musim. Suatu hari aku pernah membayangkan punya rumah bagus dengan halaman yang luas,sehingga ku bisa memasang kran air untuk menyiram bunga-bungaku.sehingga aku atau adikku tidak harus bolak balik membawa air dari kamar mandi dengan ember. Pantas saja adikku selalu mengeluh.karena memang cukup melelahkan……”neng,borang bersih2 kok sambil bengong,suamimu dipatok ayam lho!”suara ibuku mengagetkanku. Aku hanya berfikir ulang atas statement ibuku yang aneh tadi, sebenernya yang dipatok itu rejeki apa suami c???tapi suami juga rejeki?apa beda lagi?bingung…..
“iya bu,lagi enak ngelamun nih bu”
“eh…cek kolot baheula oge pamali budak awewe ngalamun mah”
Duh, susah banget menerapkan statement orang dulu yang selalu menggunakan pamali dan pamali dengan fikiranku yang selalu rasionalis. Bagiku hidup butuh alasan. Begitupun dengan segala sesuatu yang diperintah atau dilarang, pasti ada alasannya. Tapi kenyakan setiap orang tua ketika ditanya kenapa pamali?selalu bilang ya kalau pamali ya pamali
“Bener2 jawaban yang tidak mendidik”
Dimana kita di ajarkan untuk selau menerima segala sesuatu apa adanya, benar kata dunia. Orang Indonesia terlalu nerima dengan keadaan. Sudah tau beras susah, BBM mahal, Phk dimana-mana, Kriminal merajalella, masih saja pura-pura buta dan tuli dengan itu semua. Seperti tak terjadi apa-apa, yang ada hanya menunggu dan menunggu kebijakan dan bantuan dari atasan. Padahal atasan pun belum tentu bisa merubah keadaan ini.
“Ti, temenmu yang anak nya pak Komara itu udah nikah lho, itu angkatanmu kan?!”Ibuku mulai memancing.
“Iya bu” aku pura2 cuek dengan pertanyaan itu. Bukan sebuah pertanyaan sebenernya. Tapi lebih tepat ke sebuah sindiran, yup, sindiran dengan isyarat “kapan kamu nyusul?”
Aku mencoba mempercepat nyapuku yang sudah mulai mencapai pintu keluar, aku sudah bosan dengan pembicaraan yang ini terus, seakan-akan mendesakku untuk cepet-cepet mencari jodoh.lebih baik aku menghindarinya sebelum….

Bersambung ...

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
Fidokaan is proudly powered by Blogger.com | Template by Kang Fidokan